Profil Desa Degayu
Ketahui informasi secara rinci Desa Degayu mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Kelurahan Degayu, Pekalongan Utara. Menilik peran vitalnya sebagai lokasi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) Kota Pekalongan, potensi pertanian urban yang unik, serta dinamika sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya.
-
Pusat Pengelolaan Sampah Kota
Lokasi vital bagi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) regional, yang menampung dan mengolah seluruh sampah dari Kota Pekalongan, sekaligus menjadi pusat inovasi pengelolaan limbah.
-
Kawasan Agraris yang Resilien
Memiliki lahan pertanian produktif yang menjadi salah satu lumbung pangan di Pekalongan Utara, menciptakan sebuah paradoks unik di mana sektor agraris hidup berdampingan dengan pusat pengolahan sampah.
-
Fokus pada Isu Lingkungan dan Sosial
Kehidupan masyarakatnya sangat dipengaruhi oleh dampak lingkungan dan sosial dari TPAS, menjadikan isu kesehatan, pemberdayaan ekonomi bagi warga terdampak, dan keadilan lingkungan sebagai fokus utama pembangunan.

Terletak di bagian timur Kecamatan Pekalongan Utara, Kelurahan Degayu menyajikan sebuah potret realitas perkotaan yang paling kompleks. Di satu sisi, kelurahan ini memegang peran yang teramat krusial bagi keberlangsungan hidup seluruh kota, yakni sebagai lokasi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS). Di sisi lain, di tengah stigma dan tantangan lingkungan yang melekat, Degayu secara mengejutkan juga merupakan salah satu kantong pertanian urban yang masih bertahan, menopang sebagian kebutuhan pangan lokal.
Kelurahan ini adalah sebuah arena di mana isu lingkungan, kesehatan masyarakat, ketahanan pangan dan pembangunan sosial saling berkelindan. Jauh dari hingar bingar pusat kota, Degayu menjadi barometer penting dalam mengukur kemampuan sebuah kota dalam mengelola masalah paling fundamentalnya: sampah. Kisah Degayu bukanlah sekadar profil wilayah, melainkan sebuah cerminan tentang keseimbangan, adaptasi, dan pencarian solusi di halaman belakang sebuah kota yang terus bertumbuh.
Pusat Pengelolaan Sampah Kota: Peran Krusial TPAS Degayu
Identitas utama yang paling dikenal dari Kelurahan Degayu adalah keberadaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) regional. Fasilitas seluas lebih dari 7,8 hektare ini merupakan muara dari seluruh sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Kota Pekalongan, yang volume hariannya bisa mencapai ratusan ton. Setiap hari, puluhan truk sampah dari seluruh penjuru kota berdatangan, menjadikan TPAS Degayu sebagai salah satu infrastruktur paling vital sekaligus paling sarat tantangan.
Pengelolaan TPAS Degayu telah melalui berbagai fase evolusi. Dari sistem open dumping yang konvensional, kini pemerintah terus berupaya mengembangkannya menjadi sistem sanitary landfill yang lebih ramah lingkungan. Berbagai teknologi dan metode pengolahan diterapkan, seperti pengelolaan gas metana (CHâ‚„) yang dihasilkan dari tumpukan sampah untuk diubah menjadi sumber energi alternatif. Selain itu, program daur ulang dan pengomposan juga digalakkan untuk mengurangi volume sampah yang masuk ke landfill.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekalongan menyatakan bahwa TPAS Degayu adalah proyek berkelanjutan. "Kami tidak hanya melihat Degayu sebagai tempat pembuangan. Visi kami adalah menjadikannya pusat pengolahan sampah terpadu yang mampu mengubah sampah menjadi sumber daya (waste-to-resource). Ini adalah tantangan besar yang membutuhkan teknologi, investasi, dan partisipasi masyarakat," ujarnya. Keberadaan TPAS ini secara langsung memberikan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan yang signifikan bagi warga Kelurahan Degayu.
Paradoks Agraris: Bertani di Samping Gunung Sampah
Sebuah paradoks yang menarik dari Kelurahan Degayu adalah eksistensi lahan pertanian yang produktif, yang lokasinya tidak jauh dari kompleks TPAS. Di tengah citra sebagai pusat sampah, hamparan sawah dan kebun sayuran menjadi pemandangan kontras yang menunjukkan potensi agraris wilayah ini. Para petani setempat dengan tekun mengolah lahan, menghasilkan padi dan berbagai jenis sayuran untuk memenuhi permintaan pasar lokal.
Keberadaan sektor pertanian ini menjadikan Degayu sebagai salah satu penopang ketahanan pangan di Kecamatan Pekalongan Utara. Kelompok-kelompok tani yang ada terus berupaya menjaga produktivitas lahan mereka di tengah tantangan lingkungan yang tidak mudah. Isu kualitas air lindi (leachate) dari TPAS dan potensinya mencemari sumber air menjadi kekhawatiran yang harus terus dimitigasi oleh pihak pengelola dan pemerintah.
"Kami sudah bertani di sini secara turun-temurun. Tentu ada kekhawatiran, tetapi kami percaya pada upaya pemerintah untuk mengelola limbah. Selama ini, dengan pengolahan lahan yang baik, hasil panen kami masih bagus," ungkap seorang petani setempat. Fenomena ini menunjukkan adanya koeksistensi yang unik antara dua sektor yang tampaknya bertentangan, sekaligus menyoroti pentingnya pengawasan lingkungan yang ketat untuk melindungi lahan-lahan pertanian yang tersisa di kawasan perkotaan.
Dinamika Sosial Ekonomi dan Kesehatan Lingkungan
Kehidupan masyarakat di Kelurahan Degayu sangat dipengaruhi oleh keberadaan TPAS. Sebagian warga menggantungkan hidupnya secara langsung dari aktivitas di sana, terutama sebagai pemulung atau pekerja di unit-unit daur ulang informal. Mereka adalah para pahlawan lingkungan yang tanpa disadari memainkan peran penting dalam rantai ekonomi sirkular, memilah sampah yang masih memiliki nilai jual.
Namun dampak negatif juga tidak dapat dihindari. Isu bau yang menyengat, polusi udara dari gas metana, dan potensi masalah kesehatan menjadi bagian dari risiko hidup di sekitar TPAS. Pemerintah Kota Pekalongan, melalui Puskesmas dan Dinas Kesehatan, secara berkala melakukan program pemantauan kesehatan bagi warga di sekitar TPAS, termasuk pemeriksaan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan penyakit lain yang berkaitan dengan sanitasi lingkungan.
Pemerintah Kelurahan Degayu, bersama tokoh masyarakat dan kader lingkungan, secara aktif mengadvokasikan program-program kompensasi dan pemberdayaan bagi warga terdampak. "Kami terus berkoordinasi dengan DLH dan dinas lain untuk memastikan adanya program pemberdayaan ekonomi alternatif dan peningkatan kualitas kesehatan bagi warga kami. Warga Degayu telah memberikan kontribusi besar bagi kota, dan mereka berhak mendapatkan perhatian khusus," tegas Lurah Degayu.
Pembangunan Infrastruktur dan Prospek Masa Depan
Secara administratif, Kelurahan Degayu memiliki luas wilayah 1,93 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 8.083 jiwa (data BPS 2022). Pembangunan infrastruktur di kelurahan ini seringkali difokuskan pada peningkatan akses jalan menuju TPAS dan perbaikan sistem drainase untuk mengelola aliran air permukaan.
Masa depan Degayu sangat bergantung pada keberhasilan transformasi TPAS menjadi fasilitas pengolahan sampah yang modern dan berkelanjutan. Rencana penerapan teknologi Refuse-Derived Fuel (RDF), yang mengubah sampah menjadi sumber energi setara batu bara, menjadi salah-tiga harapan besar. Jika berhasil, ini tidak hanya akan mengurangi volume sampah secara drastis tetapi juga mengubah citra Degayu dari sekadar tempat pembuangan menjadi pusat produksi energi terbarukan.
Dengan segala kompleksitasnya, Kelurahan Degayu adalah representasi nyata dari tantangan perkotaan abad ke-21. Ia mengajarkan tentang pentingnya pengelolaan lingkungan yang terintegrasi, keadilan sosial bagi komunitas yang menanggung beban kota, dan potensi inovasi yang bisa muncul dari masalah yang paling pelik sekalipun. Degayu adalah halaman belakang sekaligus halaman depan masa depan pengelolaan lingkungan Kota Pekalongan.